Penyebab Terjadinya Burnout Usai Berlibur, Hindari Agar Liburan Tidak Sia-sia
Setelah liburan, Anda mungkin merasakan gejala burnout. Pahami penyebabnya dan bagaimana cara menghindarinya:
Liburan seharusnya menjadi momen untuk mengurangi stres dan menyegarkan pikiran. Namun, apakah Anda pernah merasa lelah atau cemas saat kembali ke rutinitas setelah liburan? Fenomena ini, dikenal sebagai burnout pasca-liburan, merupakan pengalaman umum yang dialami banyak orang.
Bagi sebagian individu, kembali bekerja setelah liburan bisa menjadi tantangan tersendiri. Apalagi, bagi mereka yang telah mengalami burnout, yaitu kondisi di mana seseorang merasa lelah secara emosional dan bersikap sinis terhadap pekerjaan, transisi ini bisa menjadi lebih sulit.
-
Mengapa burnout bisa muncul setelah liburan?
Kembali bekerja setelah liburan sering kali terasa berat. Bagi mereka yang pernah mengalami burnout sebelumnya, transisi ini bisa menjadi lebih menantang. -
Apa yang menyebabkan burnout?
Burnout biasanya disebabkan oleh tekanan kerja yang berlebihan, konflik antar rekan kerja, atau kurangnya pengakuan atas usaha yang dilakukan. -
Mengapa burnout bisa terjadi?
Tuntutan pekerjaan yang tinggi atau waktu yang terbatas untuk menyelesaikan tugas dapat menyebabkan tekanan. Beban kerja yang berlebihan dapat memicu stres kronis dan menghalangi individu untuk menemukan waktu beristirahat. -
Apa itu burnout?
Burnout adalah kondisi mental yang ditandai dengan stres berkepanjangan, kehilangan motivasi, dan penurunan produktivitas. -
Gejala apa yang menandakan burnout?
Burnout sering berkembang perlahan dan sulit dikenali. Beberapa gejala yang perlu diperhatikan meliputi: 1. Kelelahan yang terus-menerus: Merasa lelah fisik dan emosional meskipun sudah cukup istirahat. 2. Sikap sinis terhadap pekerjaan: Pekerjaan yang dulunya menyenangkan terasa membosankan. 3. Penurunan produktivitas: Kesulitan berkonsentrasi dan sering menunda pekerjaan. 4. Masalah kesehatan: Burnout dapat menyebabkan sakit fisik, gangguan tidur, hingga masalah kesehatan serius lainnya.
Apa Itu Burnout?
Burnout adalah kondisi yang ditandai dengan kelelahan emosional, fisik, dan mental akibat stres kerja yang berkepanjangan. Menurut CNA, burnout muncul dari perasaan tidak memiliki kendali atas pekerjaan. Gejalanya mencakup kecemasan yang terus-menerus dan rasa lelah yang tidak hilang, bahkan menjelang hari kerja. Burnout dapat mempengaruhi kehidupan di luar pekerjaan juga.
Dr. Thea Gallagher, seorang psikolog klinis, menjelaskan bahwa individu yang mengalami burnout sering merasa tak berdaya untuk melakukan aktivitas apapun selain menjalani hari. “Tanggung jawab keluarga, waktu untuk bersosialisasi, dan hobi sering kali terabaikan,” ujarnya. Bahkan ketika memiliki waktu luang, mereka mungkin merasa terlalu lelah atau kehilangan minat untuk melakukan hal-hal yang menyenangkan.
Mengapa Burnout Muncul Setelah Liburan?
Meskipun liburan dapat memberikan solusi sementara untuk mengatasi stres kerja, bagi mereka yang mengalami burnout parah, liburan sering kali hanya memberikan efek sementara. Selama masa liburan, kecemasan mungkin berkurang, tetapi akan kembali muncul saat harus kembali ke pekerjaan.
Dr. Gallagher menjelaskan bahwa salah satu alasan burnout terasa lebih berat setelah liburan adalah karena orang cenderung bekerja lebih keras menjelang liburan. “Transisi dari bekerja ekstra keras ke liburan, lalu kembali bekerja bisa sangat melelahkan,” jelasnya.
Mengenali Tanda-Tanda Burnout Usai Liburan
Dr. Jeanette M. Bennett, seorang peneliti stres dan kesehatan, merekomendasikan beberapa pertanyaan yang perlu diajukan kepada diri sendiri setelah kembali bekerja:
Apakah Anda tidur nyenyak saat liburan, tetapi sekarang kesulitan untuk tidur?
Apakah detak jantung Anda meningkat saat menuju kantor atau membuka aplikasi kerja?
Apakah jadwal kerja Anda tidak memberi waktu untuk bersantai atau berkumpul dengan orang-orang terdekat?
Jika Anda menjawab “ya” untuk pertanyaan-pertanyaan ini, ada kemungkinan Anda mengalami burnout.
Cara Mempermudah Transisi Kembali Bekerja
Agar terhindar dari burnout setelah liburan, ada beberapa langkah yang bisa Anda ambil:
1. Ambil Hari Penyangga (Buffer Day): Jika memungkinkan, gunakan satu hari sebelum kembali bekerja untuk beristirahat dan menyesuaikan diri. Luangkan waktu untuk menata barang-barang, berbelanja kebutuhan sehari-hari, dan perlahan kembali ke rutinitas di rumah agar transisi terasa lebih mudah.
2. Rencana Kerja yang Realistis: Buat daftar tugas yang realistis untuk hari pertama kerja. Fokuslah pada menyelesaikan tugas-tugas kecil agar tidak merasa kewalahan.
3. Perhatikan Respons Tubuh terhadap Stres: Catat bagaimana perasaan Anda setiap hari. Misalnya, jika merasakan kecemasan sebelum rapat, coba teknik pernapasan atau berjalan sebentar untuk menyegarkan pikiran.
Mengelola Stres di Tempat Kerja
Dr. Bennett menekankan pentingnya berbicara dengan rekan kerja untuk mengidentifikasi “gangguan kecil” di tempat kerja yang dapat menimbulkan stres. Contohnya, rapat yang tidak perlu atau tugas yang seharusnya bisa didelegasikan.
Christina Maslach, seorang profesor psikologi yang melakukan penelitian tentang burnout, menyarankan untuk mencari dukungan dari rekan kerja. Diskusi mengenai cara mengelola beban kerja atau menghadapi atasan yang sulit dapat membantu Anda merasa lebih terbantu.
Jika pekerjaan Anda terus menerus menyebabkan stres yang tidak bisa dikelola, mungkin saatnya untuk mempertimbangkan mencari pekerjaan baru. Namun, jika itu tidak memungkinkan, Dr. Bennett menyarankan untuk mengevaluasi beban kerja Anda dan berdiskusi dengan atasan mengenai perubahan yang diperlukan.
Burnout setelah liburan adalah kenyataan yang dapat dihadapi, tetapi dapat dicegah dengan langkah-langkah yang tepat. Mengelola transisi kembali bekerja, mengenali tanda-tanda burnout, dan mengambil tindakan untuk mengatasi stres adalah kunci agar liburan Anda tidak sia-sia. Ingatlah, liburan bukan hanya sekedar waktu untuk beristirahat, tetapi juga kesempatan untuk mempersiapkan diri menghadapi tantangan berikutnya dengan semangat baru.
“`
Referensi: www.anomsuryaputra.id