Mana yang Benar, Gen Z Malas Bekerja atau Lebih Selektif?

Mana yang Benar, Gen Z Malas Bekerja atau Lebih Selektif?

Generasi Z seringkali menjadi topik hangat dalam diskusi terkait karakter dan cara kerja mereka. Pengalaman yang dibagikan oleh generasi sebelumnya, seperti milenial, generasi X, dan baby boomers, dalam berinteraksi dan bekerja dengan generasi ini sangat bervariasi. Sayangnya, tidak jarang mereka yang lahir antara tahun 1997 dan 2012 mendapatkan penilaian negatif.

Dalam lingkungan kerja, generasi Z sering dicap malas dan dianggap kurang produktif dibandingkan generasi sebelumnya. Namun, apakah penilaian ini benar? Meskipun ada beberapa individu yang kesulitan dalam merekrut karyawan dari generasi ini, kita harus berhati-hati dalam menarik kesimpulan.

Generalisasi negatif terhadap seluruh anggota generasi Z dapat membawa dampak yang merugikan. Selain menjadi beban emosional bagi mereka, hal ini juga dapat mengurangi peluang mereka di dunia kerja. Sangat penting bagi kita untuk memahami sudut pandang mereka sebelum memberikan penilaian.

1. Masalah etos kerja bukan hanya tanggung jawab generasi Z

Mana yang Benar, Gen Z Malas Bekerja atau Lebih Selektif?

ilustrasi gen Z (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Stigma negatif terhadap generasi Z cukup memprihatinkan. Jika stigma ini memang benar, maka semua pihak harus berperan dalam meningkatkan etos kerja mereka agar tidak terus dianggap rendah. Namun, perlu diingat bahwa masalah etos kerja bukan hanya persoalan generasi Z.

Generasi yang lebih tua juga memiliki individu dengan etos kerja yang kurang. Terkadang, mereka tidak terlihat jelas karena telah melewati masa produktif. Contohnya, individu yang tidak menyiapkan tabungan untuk hari tua mereka, yang pada gilirannya membebani anak atau cucu di masa depan.

Generasi yang lebih muda juga tidak sedikit yang bekerja setengah hati dan memilih pensiun lebih awal tanpa persiapan yang memadai, merasa lelah dengan rutinitas kerja. Oleh karena itu, sangat tidak adil jika semua masalah terkait etos kerja hanya disematkan kepada generasi Z yang baru memulai karir mereka.

2. Banyak anggota gen Z yang bekerja sambil kuliah, menghadapi tantangan besar

Mana yang Benar, Gen Z Malas Bekerja atau Lebih Selektif?

ilustrasi gen Z (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Anggota generasi Z yang lahir pada tahun 1997 kini berusia 27 tahun, sedangkan yang lahir pada tahun 2012 baru berusia 12 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa banyak dari mereka saat ini berada dalam rentang usia kuliah, antara 18 hingga 22 tahun, dan beberapa bahkan melanjutkan pendidikan tinggi setelah berusia 22 tahun.

Beberapa di antara mereka harus menunda pendidikan karena masalah finansial, sehingga bekerja sambil kuliah menjadi pilihan. Ini menciptakan tantangan besar, dan kesan malas sering muncul karena kesulitan dalam menyeimbangkan kedua aktivitas ini.

Kelelahan fisik dan mental dapat membuat mereka sering terlambat, mengajukan izin, atau bahkan tertidur saat bekerja. Tidak semua anggota generasi Z merasa nyaman untuk memberi tahu atasan bahwa mereka juga sedang kuliah. Oleh karena itu, sangat penting bagi pemberi kerja untuk memahami beban yang mereka pikul sebelum memberikan penilaian negatif.

3. Gen Z berusaha mencari cara untuk sukses di usia muda

Mana yang Benar, Gen Z Malas Bekerja atau Lebih Selektif?

ilustrasi gen Z (pexels.com/Ivan Samkov)

Generasi Z sering terinspirasi sekaligus merasa tertekan oleh beragam konten yang menekankan pentingnya sukses di usia muda. Misalnya, memiliki rumah pada usia 25 tahun atau mengumpulkan 100 juta sebelum berusia 30 tahun. Hal ini mendorong mereka untuk mencari jalan pintas menuju kesuksesan.

Akibatnya, mereka menjadi sangat selektif dalam memilih pekerjaan. Mereka lebih cenderung melakukan perhitungan cermat apakah gaji yang ditawarkan cukup untuk memenuhi target ambisius yang mereka miliki.

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Pilihan Editor

4. Usia muda membuat mereka merasa memiliki banyak waktu

Mana yang Benar, Gen Z Malas Bekerja atau Lebih Selektif?

ilustrasi gen Z (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Sementara beberapa anggota generasi Z merasa terdorong untuk meraih kesuksesan secepat mungkin, yang lainnya cenderung lebih santai. Mereka tidak terlalu terpengaruh oleh standar kesuksesan yang ditetapkan oleh berbagai kreator konten. Banyak dari mereka menyadari pentingnya menikmati masa muda mereka.

Fenomena YOLO (You Only Live Once) membuat sebagian dari generasi ini enggan terbebani oleh tekanan pekerjaan. Mereka merasa masih memiliki banyak waktu untuk bekerja keras dan mungkin baru akan benar-benar fokus bekerja setelah mencapai usia 30 tahun. Meskipun mereka sudah bekerja, seringkali itu lebih bersifat sampingan daripada pekerjaan utama.

5. Gen Z tidak ingin berkomitmen pada pekerjaan yang dianggap tidak bermakna

Mana yang Benar, Gen Z Malas Bekerja atau Lebih Selektif?

ilustrasi gen Z (pexels.com/Ivan Samkov)

Generasi Z ingin agar setiap usaha yang mereka lakukan memberikan hasil yang sepadan. Ini tidak hanya dalam hal finansial, tetapi juga dalam bentuk kepuasan pribadi. Akibatnya, banyak dari mereka terlibat dalam pekerjaan yang berfokus pada isu-isu sosial, kesehatan mental, dan lingkungan.

Hal ini membuat mereka sangat selektif dalam memilih pekerjaan. Pertimbangan mereka sering kali sulit dipahami oleh generasi yang lebih tua, yang menganggap bekerja hanya untuk mendapatkan uang. Menurut generasi Z, mereka berusaha untuk membuat pilihan terbaik, meskipun terkadang terlihat malas di mata generasi sebelumnya. Padahal, ketika mereka terlibat dalam pekerjaan yang berarti, mereka bisa menunjukkan komitmen yang tinggi.

6. Motivasi kerja bergantung pada dukungan finansial yang diterima

Mana yang Benar, Gen Z Malas Bekerja atau Lebih Selektif?

ilustrasi gen Z (pexels.com/SHVETS production)

Saat menilai generasi Z, penting untuk mempertimbangkan latar belakang keluarga mereka. Bagi yang masih mendapatkan dukungan finansial dari orang tua, motivasi mereka untuk bekerja mungkin berkurang. Namun, ini juga tergantung pada pola asuh yang diterima.

Orang tua yang kaya mungkin mengharuskan anak-anak mereka untuk segera mandiri, sementara generasi Z yang tumbuh dalam kondisi ekonomi sulit atau menjadi tulang punggung keluarga mungkin tidak memiliki waktu untuk beristirahat dan memilih pekerjaan. Mereka cenderung menerima pekerjaan apa pun dan bekerja keras.

7. Mereka yang belum menikah cenderung lebih santai dalam bekerja

Mana yang Benar, Gen Z Malas Bekerja atau Lebih Selektif?

ilustrasi gen Z (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Perlu dicatat bahwa banyak anggota generasi Z masih sangat muda dan belum menikah. Mereka bekerja untuk diri sendiri, meskipun beberapa ada yang harus membantu ekonomi keluarga. Ini membuat mereka belum merasakan tekanan untuk mencari penghidupan yang serius.

Jika hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, mereka tidak memerlukan penghasilan yang terlalu besar. Mereka bisa bekerja dengan lebih santai dan tetap memenuhi kebutuhan mereka. Hal ini berbeda dengan generasi yang lebih tua, yang umumnya sudah berkeluarga dengan banyak tanggungan.

Generasi yang lebih tua sebaiknya lebih bijak dalam menilai generasi Z. Jangan sampai muncul kesan bahwa ada jurang pemisah yang besar antara karakter dan sikap generasi ini dengan generasi sebelumnya. Dengan usia yang masih muda, mereka memiliki potensi besar untuk berkembang menjadi profesional yang lebih baik di masa depan.

Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi: anomsuryaputra.id

IDN Times Community adalah platform untuk menulis.
Semua karya yang dihasilkan adalah tanggung jawab penulis.

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *